Jumat, 19 Desember 2008

KOMPAS Jumat, 19 Desember 2008 00:41 WIB
Kairo - Bakal banyak pria lajang yang akan melempar Presiden AS George Walker Bush apabila dia datang lagi ke Irak atau Timur Tengah. Soalnya, Muntazer al-Zaidi, wartawan Irak yang melemparkan sepatu ke arah Bush saat di Baghdad, Irak, Minggu (14/12), kini mendapatkan keuntungan.

Saad Gumaa, seorang bapak dari Mesir, menawarkan putrinya, Amal Saad Gumaa (20), menjadi istri Zaidi yang masih lajang itu. Amal pun setuju dengan bapaknya. ”Ini suatu kehormatan bagi saya tinggal di Irak dan menikah dengan seorang pahlawan,” ujar Amal. Gumaa serius dengan tawaran itu karena dia sudah menghubungi per telepon dengan Dergham, kakak Zaidi, soal rencananya itu. Bukan saja Amal, putrinya yang kini kuliah di bidang media pada Universitas Minya, Mesir tengah, yang ditawarkan untuk dinikahi Zaidi, Gumaa juga menawarkan siap menanggung apa pun untuk acara pernikahan. Pokoknya, Zaidi (28) hanya terima beres kalau mau menerima tawaran dari Gumaa itu. Boleh juga tuh!

Readmore...

Rabu, 17 Desember 2008

KOMPAS Rabu, 17 Desember 2008 00:51 WIB
Washington - Survei yang dilakukan perusahaan riset Harris Interactive memperlihatkan bahwa sebagian besar perempuan lebih memihak internet ketimbang seks. Riset yang disiarkan pada Senin (15/12) menyebutkan,

satu dari dua responden perempuan mengaku bisa absen soal seks selama dua pekan daripada melewatkan hari-hari tanpa internet. Dari 2.119 responden berusia dewasa, hanya sedikit pria yang siap absen dalam urusan seks demi internet. Riset yang didukung Intel Corp, perusahaan penghasil chip komputer terbesar di dunia, ini menunjukkan, 46 persen perempuan memilih absen soal seks selama dua pekan daripada tanpa akses internet. Sementara hanya 30 persen responden pria yang mengaku siap absen seks ketimbang tanpa internet selama dua pekan. Sebanyak 95 persen dari responden survei tersebut bilang ”sangat penting, sesuatu yang penting” untuk bisa mengakses internet. Adapun 65 persen responden mengatakan anggaran untuk internet lebih penting dibandingkan berlangganan televisi kabel (39 persen), makan malam di restoran (20 persen), belanja pakaian (18 persen), atau menjadi anggota klub kebugaran (10 persen). Sekitar 61 persen responden perempuan juga bilang, mereka memilih tidak menonton televisi selama dua pekan ketimbang sepekan tidak mengakses internet. Survei ini berlangsung 18-20 November.

Readmore...

Gadis Rusia ”Tercantik di Dunia”

KOMPAS, Rabu, 17 Desember 2008 00:51 WIB
Harian di Rusia bergembira ria hingga beberapa hari setelah kemenangan gadis Rusia sebagai Miss World 2008. ”Siapa pun yang ragu, gadis-gadis Rusia

tetap yang tercantik di dunia,” demikian disebutkan tabloid Komsomolskaya Pravda, Senin (15/12). Komentar itu dituliskan setelah Kseniya Sukhinova meraih penghargaan sebagai Miss World 2008 di Johannesburg, Afrika Selatan, Sabtu lalu. Tabloid lain, Moskovsky Komsomolets, memublikasikan hasil jajak pendapat yang memperlihatkan bahwa 66 persen responden menyatakan gadis-gadis Rusia adalah yang tercantik di dunia. Sikap memuji diri adalah bagian dari simbol tradisi kebanggaan Rusia. Sukhinova, kelahiran Siberia pada 26 Agustus 1987, adalah gadis Rusia kedua yang meraih gelar itu setelah Julia Kourotchkina pada 1992. Sukhinova dengan tinggi 1,78 meter memiliki mata biru dan rambut blonde.

Readmore...

Selasa, 16 Desember 2008

Komputer Bicara

Penyandang tunanetra yang tergabung dalam Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) memperagakan penggunaan komputer bicara yang dimungkinkan melalui penggunaan program JAWS (Job Access With Speech) pada acara pembukaan Pelatihan Komputer Bicara, di Jakarta Media Centre, Kebon Sirih, Jakarta, Senin (15/12). Selain pelatihan, pada acara tersebut juga diluncurkan situs web Pertuni sebagai media informasi teknologi bagi penyandang tunanetra maupun masyarakat umum.

Readmore...

Sabtu, 13 Desember 2008

Layanan Pendidikan - SLB Pertanian Didirikan di Bandung

KOMPAS, Sabtu, 13 Desember 2008 01:45 WIB
Bandung Barat - Sekolah Luar Biasa atau SLB Agro Industri yang mengajarkan anak berkebutuhan khusus dengan keterampilan di bidang industri pertanian diresmikan di Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (12/12). Sekolah ini akan menjadi

percontohan di tingkat nasional karena baru sekolah ini yang mengajarkan pertanian bagi anak berkebutuhan khusus.
Pendiri Yayasan Penyantun Wyata Guna Sri Soedarsono mengatakan, SLB ini nantinya menjadi sekolah berbasis inklusif yang menampung siswa berkebutuhan khusus dan siswa yang tidak mampu. Para siswa akan diberikan keterampilan pertanian, seperti pertanian jamur dan sayuran serta pemeliharaan ayam, sapi, dan ikan. ”Hingga kini baru ada 17 keterampilan yang diajarkan kepada anak berkebutuhan khusus, seperti elektronik, tata busana, tata boga, dan perkayuan. Dengan sekolah ini, berarti ada 18 keterampilan yang diajarkan,” ujarnya.
Kepala Subdinas Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nondi Hidayat mengatakan, anak berkebutuhan khusus masih kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah.Dari data Dinas Pendidikan Provinsi Jabar, 11.300 anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan di SLB, sedangkan menurut pendataan terhadap 2.900 desa ditemukan 16.000 anak berkebutuhan khusus. Artinya, 4.700 anak berkebutuhan khusus belum mendapatkan pendidikan. Itu pun dipastikan bertambah karena jumlah desa di Jabar sebanyak 5.920 desa.
Nondi menerangkan, SLB Agro Industri memiliki prospek yang bagus karena sektor pertanian masih membutuhkan banyak tenaga.

Readmore...

Rabu, 10 Desember 2008

Kantin Kejujuran Semai Semangat Antikorupsi



KOMPAS, Rabu, 10 Desember 2008
Yogyakarta - Untuk menyemai dan menumbuhkan semangat antikorupsi di kalangan pelajar, kantin kejujuran diresmikan secara serentak di Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, dan Kota Yogyakarta. Diharapkan model kantin tanpa kasir dan pengawas ini

bisa dikembangkan secara meluas ke berbagai sekolah. Di Bantul, kantin kejujuran berlokasi di SMA Negeri 2, Bantul. Kantin tersebut menghabiskan modal Rp 1,5 juta yang berasal dari sumbangan Kejaksaan Negeri Bantul dan iuran para siswa. Diharapkan, kantin kejujuran bisa diperluas ke sekolah- sekolah lain agar pelatihan kejujuran bisa ditanamkan ke banyak anak sekolah. Pemerintah daerah siap memberikan dukungan dana. Model kantin kejujuran di SMAN 2, Bantul, ini bisa diadopsi untuk sekolah-sekolah lain. Saat ini melatih sikap jujur menjadi sangat penting karena akar dari korupsi adalah ketidakjujuran. Kontrol Di Kulon Progo, kantin kejujuran berlokasi di SMAN 2, Wates.
Nantinya siswa akan dibebaskan dalam membeli aneka produk yang dijual di kantin itu. Semua produk sudah diberi label harga dan siswa yang mengambilnya diwajibkan untuk menulis di buku yang telah disediakan, serta menaruh sendiri uang di dalam sebuah laci. Kalau uangnya lebih, mereka mengambil sendiri kembalian dari dalam laci dan itu juga ditulis di dalam buku. Dengan begitu, pengelola akan lebih mudah mengontrol. Di Kota Yogyakarta, kantin kejujuran berlokasi di SMAN 17, Yogyakarta. Melalui kantin ini, pelajar dilatih untuk menumbuhkan kejujuran dari dalam diri sendiri, bukan terpaksa jujur karena merasa diawasi. Dengan sendirinya, mereka juga diharapkan akan menolak korupsi dari diri sendiri. Dalam kesempatan ini, Herry juga membuka tawaran pinjaman modal untuk semua sekolah yang ingin mendirikan kantin kejujuran. Namun, keinginan itu harus muncul dari inisiatif sekolah sendiri. Pemerintah Kota Yogyakarta tidak akan menunjuk sekolah untuk mendirikannya. Kantin kejujuran juga diresmikan di SMKN 1, Wonosari. Siswa kelas II Dwi Rahayu mengaku memperoleh manfaat dari kantin kejujuran. Selain berlatih untuk jujur, dia berharap nantinya benar-benar bisa memiliki sikap antikorupsi, terutama menangkal aneka iming-iming korupsi setelah memasuki dunia kerja. Menurut Kepala SMKN I Wonosari Abdul Rochim, kantin kejujuran tersebut telah mulai dilaksanakan sejak satu pekan terakhir. Terbukti, kantin yang dikelola siswa ini memang tidak merugi. Pendapatan tidak berkurang meski pembayaran langsung tanpa pengawasan, ucapnya.

PEMBERANTASAN KORUPSI - Harapan dari Kantin Kejujuran
Rabu, 28 Januari 2009 00:11 WIB DWI AS SETIANINGSIH
Kantin kejujuran keberadaannya belum teruji, tetapi ada harapan yang dititip kalangan muda kepada kanjur. Kelak, kanjur akan memberi mereka bekal antikorupsi.
Mereka berharap pelajaran dari kanjur bisa membawa bangsa ini lepas dari korupsi.
Kanjur atau disebut juga warjur alias warung kejujuran adalah kantin atau warung yang sudah ada di sejumlah sekolah di Jawa Tengah, kemudian dikembangkan Kejaksaan Agung sebagai bagian dari kegiatan Gerakan Aksi Langsung Antikorupsi Sejak Dini.
Mulai Oktober 2008 banyak kanjur didirikan di SMA (sekolah menengah atas) dan sekolah setingkat SMA di seluruh Nusantara. Kantin ini merupakan bentuk pencegahan tindak pidana korupsi sejak dini.
Data hingga Desember 2008, jumlah kanjur di Indonesia ada 2.711. Dengan semangat yang sama, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga mendirikan kanjur di sejumlah lokasi. Di kanjur atau warjur, kejujuran pembeli sungguh diuji.
Bentuknya relatif sederhana, berupa lemari kaca terdiri dari tiga sekat horizontal. Di setiap sekat dipajang aneka rupa makanan kecil, seperti cokelat dan wafer cokelat, aneka permen, serta alat-alat tulis, seperti buku, bolpoin, penggaris, dan pensil.
Tak seperti kantin lain, di kanjur atau warjur tak ada penjual yang menjaga dan melayani pembeli. Harga barang yang dijual hanya ditunjukkan dengan sepotong kertas yang diletakkan di tiap-tiap barang.
Di antara barang-barang itu disediakan kotak serupa kotak sumbangan. Di tempat itulah pembeli bisa meletakkan uang pembayaran mereka. Pembeli membayar dengan uang pas agar lebih praktis.
Karena bentuknya berupa lemari kaca, posisi kanjur bisa di mana saja. Di SMAN 3 Jakarta, kanjur ada di lantai 2 dekat lokasi kelas. Di SMAN 6 Jakarta, kanjur ada di lantai 1 dekat pintu masuk.
Siapa pun yang ingin belanja dapat mengambil sendiri barang yang diinginkan, lalu membayar sesuai harga. Semua transaksi dilakukan serba sendiri. Tak ada kamera pengintai atau petugas satpam yang mengawasi selama kanjur beroperasi. Justru karena semua serba sendiri, kejujuran dalam bertransaksi diuji.
Efektif
Sejumlah siswa menilai, kanjur efektif untuk melawan budaya korup yang telanjur mencengkeram bangsa. ”Kalau kantin kejujuran ada di mana-mana dan semua orang mau ’melakukannya’ dengan sungguh-sungguh, gue yakin di masa depan kita enggak perlu lagi lembaga kayak KPK,” kata I Nyoman Satrya Widarta, siswa kelas 11 ISC SMAN 3 Jakarta..
Sebagai bagian dari kelompok muda yang ”murka” dengan perilaku korup, rasanya tak berlebihan bila Nyoman menyandarkan harapan pada setiap cara dan upaya melawan korupsi.
Farah, siswi kelas 12 ISD SMAN 3 Jakarta, juga menilai kanjur bisa menjadi alat yang bagus untuk mendidik. ”Kanjur bisa melatih kejujuran. Kita jadi belajar untuk enggak ngambil yang bukan hak kita,” katanya.
Muhammad Adimas, siswa kelas 11 IPA B, berpendapat senada. ”Karena gue benci sama koruptor, warjur oke banget untuk melatih diri. Asal komitmen dipegang, gue yakin bisa jadi gerakan untuk memberantas budaya korup,” katanya.
Kanjur di SMAN 3 sejauh ini dinilai relatif berhasil memenuhi misinya, melatih kejujuran. Selain defisitnya kecil, sekitar Rp 27.000, omzetnya naik dari Rp 200.000 menjadi Rp 1 juta per bulan. Sekarang kanjur mereka bertambah menjadi dua lemari.
”Ini jelas menggembirakan. Siswa melatih diri untuk jujur sejak dini. Mudah-mudahan setelah lulus SMA, mereka sudah terbiasa jujur sehingga enggak kepingin saat melihat barang yang bukan miliknya,” papar Nurhayah, pengurus kanjur SMAN 3 Jakarta.
Berbeda dengan kisah sukses kanjur SMAN 3, kanjur SMAN 6 menyimpan ”kisah pahit”. Naisha Haraini, siswi kelas 12 IPA 2 SMAN 6 Jakarta, yang semula optimistis dengan keberadaan kanjur, kini pesimistis. Tak hanya sering tutup atau jam bukanya tak teratur, kanjur di sekolahnya mengalami defisit cukup besar.
”Ini kan berarti kanjur gagal. Ternyata banyak siswa enggak tahu malu. Kenapa begitu, aku juga enggak tahu. Memang udah dari rumah pada enggak jujur kali ya,” kata Naisha.
Hal senada diungkapkan Putri Ayu Panggabean, siswi kelas 11 IPA 4, dan Shabrina Jasmine Merdevi, siswi kelas 11 IPA 1.
Tentang kisah pahit itu, Husni, guru yang mengurusi kanjur SMAN 6 Jakarta, mengatakan, pada awal pembukaan, kanjur memang mengalami defisit.
”Dalam satu minggu kerugiannya paling tinggi Rp 108.000. Total defisit dari awal buka sampai sekarang Rp 604.000,” papar Husni.
Fakta itu mengecewakan. Meski kanjur bukanlah kantin untuk mengumpulkan laba besar, defisit yang cukup besar mengindikasikan ada perilaku tak jujur.
”Kami tidak menyerah. Setelah kami beri pengertian, uang yang ’hilang’ itu bisa kembali Rp 112.000. Memang harus pelan-pelan dan sabar karena kanjur untuk kepentingan pendidikan,” kata Husni.
Dalam versi berbeda, kisah ”kebangkrutan” kanjur, seperti diungkap Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Jasman Pandjaitan saat peresmian kanjur ke-1.000, juga terjadi di Medan dan Bandung.

Readmore...

Jambi Punya 580 Kantin Kejujuran

KOMPAS, Rabu, 10 Desember 2008
Provinsi Jambi merupakan daerah yang memiliki kantin kejujuran pertama dan sekaligus terbanyak di Indonesia, dengan 580 kantin. Bahkan, satu di antaranya, SMAN 5 Kota Jambi, meraih penghargaan sebagai kantin kejujuran terbaik tingkat nasional.
Pendirian kantin kejujuran di Indonesia sangat pesat, yakni sudah mencapai 2.017 kantin.

Menjamurnya kantin kejujuran berlangsung seiring dengan dibentuknya program Gerakan Moral Aksi Langsung Antikorupsi Sejak Dini (Galaksi). Gerakan ini diwujudkan dengan membentuk kantin-kantin kejujuran di berbagai sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. SDN 47 merupakan sekolah pertama yang memiliki kantin kejujuran.
Kantin Kejujuran SMAN 5 memperoleh penghargaan Presiden Yudhoyono sebagai peraih terbaik Kantin Kejujuran tahun 2008.
"Hasil seleksi yang dilakukan oleh tim penilai Kantin Kejujuran dari Kejaksaan Agung dan Karang Taruna Nasional". Menurutnya, pengembangan kantin kejujuran merupakan upaya untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran sejak dini. Dari upaya ini pihak sekolah dan siswa ditantang untuk memelihara kantin dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu memelihara dan memperkuat nilai kejujuran.
Kantin Kejujuran ini adalah bagian dari pendekatan edukatif itu. Adapun hal lain yang diperlukan dalam proses edukatif tersebut adalah keadaan moral dan intelektual pemimpin masyarakat. ”Artinya, masyarakat harus dibina dan dikembangkan agar berada pada keadaan moral dan intelektual yang baik,”.

Readmore...

Selasa, 09 Desember 2008

New Delhi

KOMPAS, Selasa, 9 Desember 2008
Usia 70 tahun bukan berarti sudah tak mungkin punya anak. Rajo Devi (70) yang menikah 50 tahun lalu melahirkan bayi perempuan pada 28 november setelah menjalani pembuahan buatan (fertilasi in vitro). Dokter Anurag Bishnoi dari pusat fertilasi di Negara Bagian Haryana, India, Senin (8/12), mengatakan, Rajo Devi dan suaminya, Bala Ram (72),

belum memiliki anak dan meminta pusat fertilasi membantu keinginan mereka untuk punya anak. Pemindaan embrio dilakukan pada 19 April lalu. Seperti diberitakan harian Hindustan Times, kondisi ibu yang sudah lebih pantas dipanggil nenek itu dan bayinya sehat. Bishnoi mengklaim Devi sebagai ibu tertua di dunia. Bala Ram sebelumnya sudah menikah dengan saudari Devi selama 10 tahun, tetapi belum dikaruniai anak. Istri keduanya ini juga tak dikaruniai anak. Tidak jelas bagaimana proses lewat pembuahan ini bisa berhasil. ”Semua ini lewat teknik ilmiah,” ujar Bishnoi. Rajo Devi menjadi ibu tertua di dunia sekalipun bulan Juli lalu seorang ibu di India yang berusia 70 tahun melahirkan bayi kembar lewat cara yang sama. Seorang ibu berusia 66 tahun di Spanyol melahirkan bayi kembar tahun 2006.

Readmore...

Rabu, 03 Desember 2008

Port Moresby

KOMPAS, Rabu, 3 Desember 2008
Perang suku yang masih terus terjadi di Papua Niugini membuat banyak perempuan di wilayah Gimi, Okapa, Highlands Timur, harus sendirian menghidupi keluarganya karena para pria sibuk berperang. Akibatnya, seperti diberitakan harian National, Senin (1/12), beberapa ibu di wilayah itu memilih membunuh anak laki-lakinya agar

tidak lagi terjadi perang suku yang sudah berlangsung dua dekade itu. Dua perempuan, Rona Luke dan Kipiyona Belas, memilih membunuh bayi laki-laki mereka karena tidak ingin ada perang lagi. Mereka melahirkan di Goroka, lokasi rekonsiliasi dan perdamaian. Kepada harian National, mereka mengaku tak ingin melahirkan anak laki-laki dengan harapan akan mengurangi jumlah laki-laki yang biasanya cenderung meneruskan perang suku. ”Karena itu, ada kesepakatan di antara kaum perempuan untuk membunuh bayi laki-laki mereka karena sudah tak ingin lagi para pria selalu berperang dan membawa penderitaan bagi mereka,” tulis harian National terbitan Sydney, Australia, mengutip para perempuan tersebut. Mereka tidak mengungkapkan berapa banyak bayi laki-laki yang telah dibunuh selama terjadi perang suku. Sejumlah ibu kehilangan putra mereka dalam periode 10 tahun ini. Perang suku di Gimi dimulai tahun 1986, dipicu perkelahian dalam sebuah pertandingan sepak bola yang menewaskan beberapa orang.

Readmore...