KOMPAS, Rabu, 3 Desember 2008
Perang suku yang masih terus terjadi di Papua Niugini membuat banyak perempuan di wilayah Gimi, Okapa, Highlands Timur, harus sendirian menghidupi keluarganya karena para pria sibuk berperang. Akibatnya, seperti diberitakan harian National, Senin (1/12), beberapa ibu di wilayah itu memilih membunuh anak laki-lakinya agar
Rabu, 03 Desember 2008
Port Moresby
tidak lagi terjadi perang suku yang sudah berlangsung dua dekade itu. Dua perempuan, Rona Luke dan Kipiyona Belas, memilih membunuh bayi laki-laki mereka karena tidak ingin ada perang lagi. Mereka melahirkan di Goroka, lokasi rekonsiliasi dan perdamaian. Kepada harian National, mereka mengaku tak ingin melahirkan anak laki-laki dengan harapan akan mengurangi jumlah laki-laki yang biasanya cenderung meneruskan perang suku. ”Karena itu, ada kesepakatan di antara kaum perempuan untuk membunuh bayi laki-laki mereka karena sudah tak ingin lagi para pria selalu berperang dan membawa penderitaan bagi mereka,” tulis harian National terbitan Sydney, Australia, mengutip para perempuan tersebut. Mereka tidak mengungkapkan berapa banyak bayi laki-laki yang telah dibunuh selama terjadi perang suku. Sejumlah ibu kehilangan putra mereka dalam periode 10 tahun ini. Perang suku di Gimi dimulai tahun 1986, dipicu perkelahian dalam sebuah pertandingan sepak bola yang menewaskan beberapa orang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar