Kamis, 12 Februari 2009

Perempuan Pekerja di AS Kian Mendominasi

KOMPAS, Senin, 9 Februari 2009 01:03 WIB
Jumlah perempuan pekerja di AS untuk pertama kalinya segera mengungguli jumlah laki-laki pekerja. Hal ini akan terjadi jika krisis ekonomi terus berlanjut dan menghantam industri yang didominasi laki-laki.


Departemen Tenaga Kerja AS, Jumat (6/2), mengumumkan, sudah 3,6 juta pekerja yang diberhentikan sejak akhir 2007. ”Per Desember 2008, jumlah penduduk perempuan yang bekerja 66,701 juta dari total 134,591 juta pekerja AS. Porsi perempuan pekerja hampir 50 persen,” ujar juru bicara Departemen Tenaga Kerja AS, Laura Kelter, Minggu (8/2).

Menurut data Desember 2008 yang tidak menghitung pekerja di sektor pertanian, Kelter mengatakan, 49,3 persen pekerja adalah perempuan. Setelah jatuhnya sektor perumahan, konstruksi, dan manufaktur yang mengakibatkan terjadinya perampingan jumlah tenaga kerja, justru lebih banyak laki-laki yang kehilangan pekerjaan. Sektor-sektor tersebut memang di dominasi laki-laki.

Bulan lalu, jumlah pekerja yang dikurangi di sektor konstruksi sebanyak 207.000 orang, sedangkan sektor manufaktur 111.000 orang. Sebaliknya, di sektor pendidikan dan kesehatan yang didominasi perempuan justru ada pekerja baru masing-masing 30.000 orang.

”Laki-laki lebih terpukul dibandingkan perempuan dalam krisis ini. Walau ada perempuan pekerja yang kehilangan pekerjaannya, laki-laki pekerja yang menganggur lebih banyak lagi,” ujar ekonom, Heather Boushey, dari Pusat Kemajuan Amerika.

”Lebih sedikit laki-laki pekerja di AS saat ini dibanding sebelumnya. Saat ini hanya 69,2 persen laki-laki yang memiliki pekerjaan. Titik terendah dalam sejarah,” tuturnya.

Beberapa tahun terakhir, perempuan memperoleh lebih banyak kesempatan kerja pada sektor kesehatan dan pemerintahan lokal. Namun, perempuan pekerja juga terkena dampak krisis. Sejak krisis merebak, tingkat perempuan yang menganggur naik dari 4,3 persen pada Desember 2007 menjadi 6,2 persen pada Januari 2008.

Persentase laki-laki yang menganggur juga naik pesat dari 4,4 persen pada dua tahun lalu menjadi 7,6 persen, bulan lalu. ”Pada resesi sebelum tahun 1980-an, jumlah perempuan yang menganggur naik lebih cepat dibandingkan laki-laki,” kata Boushey. Sementara pada resesi kali ini terjadi sebaliknya.

”Hanya satu kali sejak tahun 1949 jumlah laki-laki yang menganggur lebih tinggi dibandingkan perempuan, yaitu tahun 1983,” katanya.

”Jika tak segera mengesahkan paket penyelamatan, mungkin saja jumlah perempuan pekerja yang menganggur akan naik karena di perkotaan dan pemerintah lokal memecat pekerja secara tidak proporsional, lebih banyak perempuan,” katanya.

”Belakangan ini, semakin banyak perempuan yang berperan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga sehingga mestinya mereka juga dibayar dengan gaji yang wajar,” ujar Boushey. Seorang perempuan pekerja dibayar hanya 78 sen dari setiap satu dollar AS bayaran kepada laki-laki pekerja. (AFP/joe

Tidak ada komentar: